Minggu, Desember 05, 2021

Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 Tahun 2010

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Desember 05, 2021
Dalam kurun waktu 10 tahun sampai dengan 2010, Bank Dunia (World Bank) telah membantu masyarakat Indonesia untuk menciptakan kapasitas teknis untuk merencanakan, mengelola, dan menjaga program air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan masyarakat melalui program yang bernama Second Water & Sanitation For Low Income Communities Project (WSLIC-2) atau Proyek Kedua Air Bersih dan Sanitasi untuk masyarakat Berpenghasilan Rendah.
Program ini dirancang oleh Bank Dunia bersama Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kebersihan, perilaku kesehatan, dan manajemen pelayanan kesehatan masyarakat terkait dengan penyakit yang ditularkan melalui air, dan menyediakan pilihan aman untuk pembuangan limbah dan persediaan air bersih.

Pelatihan Petugas Lapangan di Hotel Grand Wahid Salatiga (Foto: 18/06/2010)

Dengan menggunakan pendekatan partisipatif, proyek ini juga bertujuan untuk memberikan pilihan aman untuk pembuangan limbah karena sangat diperlukan oleh masyarakat. Proyek ini bekerja dengan masyarakat lokal untuk mengelola kontrak dengan firma lokal, LSM, dan institusi akademis. Dengan cara ini, masyarakat lokal dapat mendirikan dan mengelola fasilitas persediaan air dan sanitasi mereka sendiri (Bank Dunia, 2011).
Di samping menyediakan Bantuan Langsung Masyarakat (Block Grants), bantuan teknis juga diberikan untuk memastikan masyarakat setempat dapat mengelola persediaan air dan sanitasi mereka dengan cara yang berkelanjutan. Sebagai tambahan, kebersihan dan sanitasi dipromosikan melalui pendidikan dan materi informasi publik.
Di akhir masa pelaksanaan proyek tersebut, pada tahun 2010 Bank Dunia dengan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan memberikan kepercayaan kepada SurveyMETER, sebuah lembaga penelitian non-pemerintah yang berkantor di Yogyakarta, untuk melakukan pengumpulan data (data collecting) dalam Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 tahun 2010.

Field Practice di SDN Purworejo, Kec. Suruh, Kab. Semarang (Foto: 21/06/2010)

Seperti biasanya, sebelum turun lapangan (fieldwork) untuk melakukan pengumpulan data, SurveyMETER mengundang para petugas lapangan untuk mengikuti pelatihan. Pelatihan Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 digelar di Hotel Grand Wahid yang beralamatkan di Jalan Jenderal Sudirman No. 2 Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, dari tanggal 18 hingga 24 Juni 2010.
Agenda pelatihan untuk hari pertama dan kedua diisi dengan overview perihal studi evaluasi ini dan pendalaman materi kuesioner untuk pengumpulan data kuantitatif. Kemudian pada hari ketiga, dalam pelatihan itu dibagi menjadi dua Tim untuk petugas lapangan, yaitu Tim Kuantitatif dan Tim Kualitatif.
Tim Kuantitatif akan lanjut pelatihan dengan pemahaman kuesioner berikutnya, sementara Tim Kualitatif akan mendapat materi perihal melakukan Focus Group Discussion (FGD), pembuatan matriks analisa FGD, transkrip, dan pelaporannya.
Dalam studi ini, saya dimasukkan ke dalam Tim Kualitatif. Setelah mendapat pelatihan mengenai teknik pengumpulan data kualitatif, esok harinya (Senin, 21/06/2010) Tim Kualitatif melakukan field practice. Dalam field practice tersebut sekalian sudah dibentuk personil tim untuk turun lapangan nantinya.

Tandon air bersih di Desa Ketanggi, Kec. Suruh (Foto: 21/06/2010)

Dalam field practice itu saya berpasangan dengan Pinus Nesuki (kelak menjadi notulen) dan Angky Bayu Putranto. Berangkat dari Hotel Grand Wahid Salatiga pagi hari menuju ke wilayah pencacahan (wilcah) field practice di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Field practice yang pertama dengan mengunjungi SDN Purworejo yang berada di Dusun Petengan, Desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Tiba di SDN Purworejo sekitar pukul 09. 25 WIB, dan kemudian menghadap ke Kepala SDN Purworejo dengan sejumlah guru untuk mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan di sekolah ini.
Setelah itu, kami melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan dilanjutkan dengan observasi lingkungan sekolah terkait sanitasinya. Usai di SDN Purworejo, kami berpamitan untuk meneruskan field practice di Desa Ketanggi, Kecamatan Suruh. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer arah timur SDN Purworejo.

FGD dengan ibu-ibu di Desa Ketanggi, Kec. Suruh (Foto: 21/06/2010)

Di Desa Ketanggi, kami melakukan FGD bersama ibu-ibu kader di desa tersebut. Kami memulai dengan mengumpulkan kader di suatu tempat, dan terus mencatat bio datanya. Dari bio data, itu kami membuat nama peserta FGD dalam kertas karton dengan memakai spidol Snowman Boardmarker. Tujuannya agar dalam pelaksanaan FGD nanti, baik moderator maupun notulen bisa menyebutkan nama peserta dengan mudah dan ketika mendengarkan rekaman untuk transkrip masih bisa mengenali siapa yang sedang berbicara tadi.
Setelah itu, kami kembali ke Hotel Grand Wahid yang berjarak 15 kilometer. Malam harinya, Tim Kualitatif berkumpul di ruangan untuk membahas pelaksananaan field practice tersebut. Pada kesempatan itu, Tim Kualitatif diajari bagaimana membuat transkrip dan matriks analisa FGD. Setelah itu, Tim Kualitatif diberi PR untuk mengerjakannya dari pengumpulan dalam field practice.
Esok harinya, Tim Kualitatif mengemukakan hasil transkrip maupun matriks analisanya di antara para personil Tim Kualitatif lainnya. Setelah itu baru dibahas bersama dengan pengajarnya agar nantinya ditemukan pemahaman akan guideline yang sama dalam melakukan pengumpulan data berikutnya.

Lokasi FGD ibu-ibu di Desa Terban, Kec. Pabelan, Kab. Semarang (Foto: 24/06/2010)

Kamis (24/06/2010) pagi, kami berangkat lagi untuk field practice. Kali ini, field practice dilaksanakan di Desa Terban, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari Hotel Grand Wahid Salatiga.
Field practice pertama diisi dengan FGD bersama kader Posyandu di Posyandu Anggrek yang berada di Jalan Wates – Cukilan RT 02 RW 04 Dusun Senggrong, Desa Terban, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang.
Dari Posyandu Anggrek, kami bergeser ke Mushola Baituliman yang berjarak sekitar 300 meter dari Posyandu Anggrek untuk melaksanakan FGD dengan bapak-bapak di serambi mushola tersebut. Pesertanya sama dengan ibu-ibu, yaitu bejumlah tujuh orang.

FGD bersama bapak-bapak di serambi mushola Baitulilman Desa Terban, Kec. Pabelan (Foto: 24/06/2010)

Selesai FGD dengan bapak-bapak, kami kembali ke Hotel Grand Wahid. Malamnya digunakan untuk membahas pelaksanaan FGD di Desa Terban, dan sekaligus review dari sekian hari pelaksanaan pelatihan ini serta pengumuman nama Tim beserta personil dan wilcah yang menjadi target pengumpulan data.
Saya dan Pinus Nesuki (notulen) dalam Tim 10 (NTB-2) dengan wilcah Region 3 (Provinsi Nusa Tenggara Barat) yang meliputi 1 desa di Kabupaten Lombok Timur dan 9 desa di Kabupaten Bima, yaitu Jantuk, Panda, Nata, Teke Rabakodo, Donggobolo, Kanca, Parado Rato, Rora, dan Palama. 
Jumat (25/07/2010) peserta pelatihan check out. Peserta pelatihan yang lokasinya masih bisa dijangkau dari tempat asal, bisa pulang ke rumah masing-masing terlebih dahulu, sementara yang dari luar pulau akan ngepos di Yogyakarta. Saya pulang ke Solo dulu sambil menunggu jadwal keberangkatan ke Pulau Lombok. ***


logoblog

Thanks for reading Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 Tahun 2010

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog